Tuesday 31 May 2011

A song : *Our Friendship*

*Original song : My Bonnie.

*Our Friendship*

Our friendship is never over
Our friendship is never disappear
Our friendship is always together
So let's take care...
our friendship

Take care oh take care
i hope you will always be there..be there

Take care oh take care
i hope you will always be there

*
*PS : Created with modified the lyric of "My Bonnie" song by a group discussion in an English Lesson assignment coursework.

Mimpi tentang seorang Dewi... (part 3)

Perjalanan masih berlanjut. Sang dewi menoleh ke belakang, ke sisi tengah mobil.

"Upss..!", sadarku. Aku baru menyadari betapa berantakaannya sisi tengah mobil tersebut. Ada jaket yang tergeletak tak beraturan, sebagian masih berada di atas kursi, sedang sebagian lainnya sudah terjuntai menyentuh dasar lantai mobil. Ada juga sebuah novel tebal dengan posisi terbuka tp menelungkup dengan halaman yg terlipat-lipat, semakin menambah kesan tidak rapi. Kemudian ada keranjang kain berisi dua buah modul tebal yang merupakan materi training-ku sebulan lalu, tergeletak menyebar begitu saja, sehingga semakin memperunyam pandangan untuk mata. Dan ada sebuah tas kecil biru, yg memang selalu ku bawa kemana mana, yg makin mempersempit ruang yg sudah sempit dan pengap. Tak lupa sepasang sepatu, dengan kaos kaki yg menyembul keluar, semakin memperburuk keadaan dan memberi kesan kotor.

Sepertinya akan selalu ada benda-benda dalam dunia nyata yg ikut terbawa kedalam dunia mimpi seseorang. Jaket,novel,tas,sepatu,,,itu semua persis dengan apa yg kumiliki di dunia nyata. Sayangnya, peran mereka saat ini, malah kurang menguntungkan, pikirku..

Ingin rasanya aku menjentikkan jari dan mengucapkan "sim salabim" agar tiba tiba sisi tengah tersebut bersih dan rapi seketika, sekejap mata seperti cerita di negeri 1001 malam. Tapi ternyata mantra tersebut tak ampuh untuk mimpi kali ini. Hanya terlintas satu kata dari mulutku, "Gudang" ucapku. "Sisi tengah mobil tersebut memang sebagai gudang, agar gampang and simple, tidak perlu repot untuk mengatur barang. Bukankah di tiap rumah harus ada gudang? Nggak salah kan?"
Terlihat ekspresi tidak puas dari wajahnya. Dengan sedikit kecewa dan menghela nafas pendek, dia diam saja. Mungkin berusaha mencerna dan memahami, tapi tetap dengan prasangka tidak senang, dan sekali lagi, rona wajah kecewa yg sengaja ditampakkan nya. Andai benar aku supir pada peran mimpiku kali ini, mungkin rona wajah tersebut artinya dia siap siap akan memecatku...

Dia kemudian mengambil novel yg terlipat menelungkup tersebut, merapikan, dan menaruh ke pangkuannya. Tercetak "Sarjana Muda" pada cover novel tersebut. Dia mulai membuka halaman pertama, diam sejenak, agak kaget, kemudian dia berusaha menahan rasa suka cita..
"Pas tgl 6* Maret ya launchingnya?"tanyanya.
Aku tiba tiba ingat, di halaman pertama novel tersebut memang ada tulisan tangan "Launching Novel, Gramedia Matraman, 6* Maret 2011", beserta tanda tangan dua penulis novel tersebut.
"Iya,,," jawabku. "Pernah kenal dengan salah satu penulisnya, jd ketika launching, saya datang"
"Hoo..",balasnya. "Pas banget dengan hari -H gw ya" sambungnya, dengan sedikit malu dihiasi dengan senyum simpul menawan.
"Maksudmu? Dirimu Piscess?"tanyaku. Dia mengangguk. "Wah...sama ya, saya juga Piscess..."sambutku.
"Dua orang piscess adalah dua orang yg cocok ya? Cocok untuk saling memahami, saling berbagi, saling mengerti, dan saling bertukar pikiran. Pasti dua org Piscess bisa menjadi sahabat baik dan baik sekali, plus akrab dan intim. Tapi sayangnya, dua org piscess bukanlah pasangan yg ideal untuk saling melengkapi. Bukan pasangan ideal untuk berjalan beriringan, dalam satu ikatan. Dua orang Piscess,mgkn akan tetap menjadi dua orang. Tidak untuk bersatu dan menyatu"
"Masa?" tanya-nya...
"As far as i know, ya begitulah...."jawabku.

Aku menghela nafas dalam lamunanku. Kenyataan dalam mimpi. Kenyataan bahwa kami sama. Dan sama tak akan melengkapi. Sama hanya akan saling menggantikan. Sama tak akan saling mengisi. Sama malah bisa saling meniadakan. Sesama Piscess di mimpi kali ini hanya mempertegas bahwa mungkin benar, aku bukan peran utama dalam mimpiku kali ini. Mungkin, sekali lagi aku harus meyakinkan diri, bahwa aku hanya seorang supir. Dan tak mungkin berperan sebagai pangeran pendamping para Dewi...

"Ahh...Andaikan saja dirimu Libra.. seperti wanita itu...wanita yg tulisan tangan-nya baru saja kamu baca pada novel tersebut..." kenangku.
"Launching Novel, Gramedia Matraman, 6* Maret 2011"....

Thursday 26 May 2011

Intermezzo

************ intermezzo : sekilas lalu ************
Kenapa sih, mimpi itu datang dan pergi seenaknya? Aku tak tahu kapan bermimpi...Aku pun tak tahu akan bermimpi apa..
Kadang, dalam satu episode mimpi, aku ingin meneruskan ke episode lainnya dengan mimpi yg sama, tp mimpi itu tak pernah datang lagi...
Kadang, dalam satu episode mimpi lain, aku ingin terus menikmati tanpa batas waktu, tp mimpi itu berakhir begitu saja...
Mimpi bukan kehidupan, karena mimpi merupakan rahasia ilahi yg akan selalu menjadi misteri anak manusia. Tapi kehidupan pun begitu. Bukankah kehidupan pun masih menjadi rahasia ilahi dan misteri bagi anak manusia? Jika begitu, apa beda-nya kehidupan dengan mimpi? Apakah kehidupan ini mimpi? Atau sebaliknya, mimpi itu adalah kehidupan? Hmm...
**********************************************************************

Wednesday 25 May 2011

Mimpi tentang seorang Dewi... (part 2)


Sekarang kami sudah di dalam mobil, berdua. Sekarang cuaca sudah pagi. Hmm...agaknya dimensi waktu dalam mimpi tidak mengikuti kaidah waktu di dunia nyata. Baru saja berjumpa siang tadi, pagi ini kami sudah bersama lagi.

Aku duduk didepan, tepat di belakang kemudi memegang stir. Sang dewi duduk tenang di kursi sebelahku. Kita mulai perjalanan mimpi kita berdua ya, pikirku. "Kemana Bu?", tanyaku, seorang sopir.

Dia tidak memberi jawaban, tapi membalas dengan pertanyaan. "Ga ngantuk pagi gini?"

"Kalo ngantuk ya tidur..biarin aja mobilnya jalan sendiri..hehe" jawabku asal dan ngawur.

"Sayang gw ga bisa nyetir", balasnya seolah penuh penyesalan tapi dengan mimik menyimpan sindiran halus. Hmm,,,pantes. Memang ada hubungannya ya? Mana ada dalam sebuah cerita seorang dewi mengemudi, sementara seorang supir duduk santai menikmati pemandangan sambil sesekali membolak-balik novel bacaan.

Ya, aku coba menoleh sebentar mengintip apa yg dilakukannya. Satu exciting moment adalah saat melihat sabuk pengaman ternyata belum dikenakannya. Naluri seorang supir langsung menegur dan mengingatkan sambil melihat ke tempat persilangan sabuk di diagonal tubuhnya. Tapi naluri seorang pria menatap batas vertikal yg membelah dua sisi tubuhnya kiri dan kanan. Menatap bagian tubuhnya yg menyembul lebih tinggi. Bagian tubuh yg menyimpan sejuta pesona. Bagian tubuh dengan hawa kelembutan. Bagian tubuh yg mengekspresikan kematangan, sekaligus mengundang gairah kepuasan tanpa pernah memberi rasa puas dan terpuaskan. Itulah wanita. Dan itulah dia...seorang Dewi...

to be continued...

Sunday 22 May 2011

My Song *Bidadari Dunia *



*Bidadari Dunia
*

Karena dia cantik, dan menarik
Karena dia ramah, baik hati
Tiada lagi dapat, melebihi
Indahnya, bidadari dunia

Lama kupandang, tak pernah bosan
Ingin selalu, di sekitarnya
Lama ku bincang, terus ku tahan
Tak pernah ingin, kepergiannya

Karena dia cantik, dan menarik
Karena dia ramah, baik hati
Tiada lagi dapat, melebihi
Impian, bidadari dunia


Mimpi tentang seorang Dewi... (part 1)


Aku memanggilnya dewi. Aku tak tahu namanya. Aku tak tahu siapa dia. Aku tak tahu apa apa tentang-nya. Kita tak pernah tahu persis siapa yang kita temui saat kita bermimpi.

Tiba-tiba saja aku terbangun siang itu. Aku mengenal daerah ini sebagai Cawang, tempat perlintasan bus antar kota menuju terminal Kampung Rambutan. Aku berada dalam sebuah mobil Avanza silver yang entah milik siapa.
Handphone di kantung jaket ku bergetar menandakan ada sms yg masuk:"Dmana? Gw dah di jembatan halte UKI".

Aku dalam kebingungan, mencoba bereaksi. Segera keluar dari mobil dan menuju jembatan penyeberangan di depanku. Tak ada siapa siapa.

"Gw di halte bis UKI". Inbox sms-ku kembali menampilkan tulisan dari nomor yg sama.

Spontan ku hubungi nomor tersebut sambil menuruni tangga menuju halte. Aku mendengar suara seorang wanita di ujung telepon sana. Dan semakin mendekati halte, ku lihat seorang gadis cantik,manis rupawan, sembari menelpon juga memandang ke arahku. Kumatikan handphone karena ku yakin gadis itulah yang akan ku temui.

"Dewi ya?" ucapku spontan menyebut sebuah kata, yang mungkin sebuah nama. Dia mengangguk. Dia memang dewi pikirku saat itu. Karena dia terlalu indah. Dan mungkin, aku hanya sopirnya...


Wednesday 4 May 2011

It can be opened again

Yea..this blog can be opened again... !!!
i'll begin new start.. it is the beginning!