Gadis Kecil
Konon ada cerita. Tentang pelangi yg disambut ceria penduduk desa. Terutama gadis kecil itu. Senyumnya tak hilang sepanjang gemerlap warna warni lukisan alam tersebut. Nuansa yg hangat. Di siang yg sejuk setelah di sirami curahan hujan yg bersahabat.
Aku tak sadar indahnya sinar matanya, menatap sinar mataku.
Sobatku, sang mentari,mulai bersinar terik, yg perlahan menenggelamkan sinar mataku dan senyum gadis kecil itu. Penduduk desa mulai beraktifitas kembali. Petani yg sedari tadi sibuk melahap habis bekal dari istrinya,baru saja keluar dari gubuknya. Mulai bekerja, merapikan orang-orangan sawah dan tali-tali yg melilit kaleng pengusir burung pengganggu tanaman jagungnya.
Aku tersenyum. Aku bahagia. Berbagi kebahagian dengan penduduk sembari merasakan aliran nadi kehidupan. Diiringi tawa, riang dan sorak sorai gembira sepanjang hari ini. Aku cantik hari ini. Begitupun gadis kecil itu.
Setelah bertukar sapa dengan mentari, Rembulan pun kini siap menghampiri.
Tak ingin kalah dariku, ia memancarkan sosok yg sempurna. Purnama. Terang berderang sehingga tak perlu takut lagi akan gelapnya malam. Bintang-bintang ikut menemani. Menghiasi, bekerlap kerlip dari kejauhan. Menghampiriku dari jutaan tahun jaraknya. Mengantarkan gadis itu terlelap dengan mimpi indah. Selamat tidur gadis kecil,senyumku.
Hah? Tidak, ternyata gadis itu belum terlelap. Ia hanya memejamkan mata. Tp mulutnya masih bergerak pelan. Mungkin mengguman pikirku. Perlahan ku mendekat, ingin mendengar suara yg keluar dari gumanannya.
“Ya Tuhan, Aku bersyukur atas karunia-Mu. Aku bersyukur atas damai dalam kasih-Mu. Terima kasih ya Tuhan, atas naungan rahmat-Mu. Hari ini, hari yg indah bagiku. Semoga esok hari dan selamanya, akan selalu indah dan manis. Seindah dan semanis alam hari ini. ”
Sedikit terkejut, hatiku ikut tergetar. Seorang gadis kecil, khusuk dalam doa’nya. Keheningan malam menambah nuansa religius malam itu. Bersyukur penuh harap dengan tenang. Aku pun merasa damai.
“Kau gadis kecilku”
“Cantik manis, menentramkan”
“Kau buah hatiku”
“Jadilah gadis yang menawan”
Aku bersenandung menghantarkan tidurnya. Ia mendekap sebuah boneka kecil buatan ibunya. Sebuah boneka kain sederhana yg diisi kapuk kapas. Semakin lama dekapannya semakin erat. Semakin erat hingga aku dapat merasakan kehangatan dan intim dekapannya. Perlahan kemudian, dekapannya mengendur, menandakan ia telah terbuai meninggalkan alam sadar. Kuusap keningnya dan beranjak menjauh dari tempat tidurnya. “Selamat tidur bidadari kecilku…”
Konon ada cerita. Tentang pelangi yg disambut ceria penduduk desa. Terutama gadis kecil itu. Senyumnya tak hilang sepanjang gemerlap warna warni lukisan alam tersebut. Nuansa yg hangat. Di siang yg sejuk setelah di sirami curahan hujan yg bersahabat.
Aku tak sadar indahnya sinar matanya, menatap sinar mataku.
Sobatku, sang mentari,mulai bersinar terik, yg perlahan menenggelamkan sinar mataku dan senyum gadis kecil itu. Penduduk desa mulai beraktifitas kembali. Petani yg sedari tadi sibuk melahap habis bekal dari istrinya,baru saja keluar dari gubuknya. Mulai bekerja, merapikan orang-orangan sawah dan tali-tali yg melilit kaleng pengusir burung pengganggu tanaman jagungnya.
Aku tersenyum. Aku bahagia. Berbagi kebahagian dengan penduduk sembari merasakan aliran nadi kehidupan. Diiringi tawa, riang dan sorak sorai gembira sepanjang hari ini. Aku cantik hari ini. Begitupun gadis kecil itu.
Setelah bertukar sapa dengan mentari, Rembulan pun kini siap menghampiri.
Tak ingin kalah dariku, ia memancarkan sosok yg sempurna. Purnama. Terang berderang sehingga tak perlu takut lagi akan gelapnya malam. Bintang-bintang ikut menemani. Menghiasi, bekerlap kerlip dari kejauhan. Menghampiriku dari jutaan tahun jaraknya. Mengantarkan gadis itu terlelap dengan mimpi indah. Selamat tidur gadis kecil,senyumku.
Hah? Tidak, ternyata gadis itu belum terlelap. Ia hanya memejamkan mata. Tp mulutnya masih bergerak pelan. Mungkin mengguman pikirku. Perlahan ku mendekat, ingin mendengar suara yg keluar dari gumanannya.
“Ya Tuhan, Aku bersyukur atas karunia-Mu. Aku bersyukur atas damai dalam kasih-Mu. Terima kasih ya Tuhan, atas naungan rahmat-Mu. Hari ini, hari yg indah bagiku. Semoga esok hari dan selamanya, akan selalu indah dan manis. Seindah dan semanis alam hari ini. ”
Sedikit terkejut, hatiku ikut tergetar. Seorang gadis kecil, khusuk dalam doa’nya. Keheningan malam menambah nuansa religius malam itu. Bersyukur penuh harap dengan tenang. Aku pun merasa damai.
“Kau gadis kecilku”
“Cantik manis, menentramkan”
“Kau buah hatiku”
“Jadilah gadis yang menawan”
Aku bersenandung menghantarkan tidurnya. Ia mendekap sebuah boneka kecil buatan ibunya. Sebuah boneka kain sederhana yg diisi kapuk kapas. Semakin lama dekapannya semakin erat. Semakin erat hingga aku dapat merasakan kehangatan dan intim dekapannya. Perlahan kemudian, dekapannya mengendur, menandakan ia telah terbuai meninggalkan alam sadar. Kuusap keningnya dan beranjak menjauh dari tempat tidurnya. “Selamat tidur bidadari kecilku…”
mo kasih komeng apa ya...hmmmmm binun jadinya neh blog yang terlalu bagus ato sebaliknya hehehheheh...pizzzzzz mas bro, sukses ya ^^
ReplyDeleteKejujuran dan rendah hati adalah kecantikan yang sejati ^^
ReplyDelete